Kamis, 22 Mei 2014

Tokobagus Ganti Nama Jadi OLX Indonesia




Ada yang berbeda pada pagi ini saat mengakses situs jual-beli online, Tokobagus.com. Setelah mengetik URL alamat tersebut, muncul pemberitahuan di layar yang menerangkan bahwa nama Tokobagus.com berubah menjadi OLX Indonesia dengan alamat www.olx.co.id.

Pengelola Tokobagus telah mengumumkan secara resmi bahwa situs web tersebut berganti nama mejadi OLX mulai Selasa (20/5/2014). Dalam sebuah pernyataan resmi, OLX menerangkan bahwa perubahan ini hanya terjadi pada nama dan URL baru. Aktivitas jual-beli dan pemasangan iklan tetap bisa dilakukan seperti biasa.

"Perubahan ini hanya nama, yaitu Tokobagus.com menjadi OLX, termasuk logo dan URL baru. Sementara semua aspek lainnya, yang sudah dirasakan manfaatnya oleh jutaan masyarakat Indonesia saat ini, akan tetap sama dan tidak berubah," tulis perusahaan e-commerce tersebut dalam siaran pers yang diterima KompasTekno.

Seperti diberitakan DailySocial, OLX sendiri adalah sebuah merek e-commerce global yang dimiliki oleh Naspers. Perusahaan itu telah berinvestasi di Tokobagus pada tahun 2010.

Grup OLX saat ini sudah hadir di 106 negara. Situs-situs e-commerce-nya sudah tersedia dalam lebih dari 40 bahasa. Grup OLX didirikan pada tahun 2006 oleh Fabrice Grinda dan Alec Oxenford. Semenjak didirikan pertama kali, perusahaan ini bermarkas di Buenos Aires, Argentina. Namun, setelah melakukan ekspansi, OLX memindahkan pusat operasinya di New York, AS.

Tahun 2010, Naspers masuk sebagai investor strategis di OLX, dikabarkan melalui investasi sebesar 20 sampai 40 juta dollar AS.

Naspers adalah grup media besar yang bermarkas di Afrika Selatan. Ekspansinya ke Indonesia dilakukan pada tahun 2010 saat berinvestasi di Tokobagus, dan juga Multiply yang sekarang sudah berhenti beroperasi.

Saat berinvestasi di grup OLX, Naspers mengatakan akan mengakuisisi atau mendirikan komunitas internet di suatu negara, sebelum terjun ke layanan e-commerce, komunikasi, dan konten.

Serangan Cyber Indonesia Turun, "Juara" 4 Sedunia




indonesia sempat menempati urutan pertama sebagai negara yang paling banyak melakukan serangan cyber pada kuartal kedua 2013, menurut data Akamai. Di kuartal keempat 2013, serangan cyber yang berasal dari Indonesia cenderung mengalami penurunan.

Dalam laporan bertajuk "State of the Internet Q4 2013" dari Akamai, tercatat bahwa Indonesia kini menempati urutan keempat negara yang sering melakukan serangan cyber dengan raihan 5,7 persen.

Angka itu menurun drastis dibandingkan kuartal ketiga 2013 di mana Indonesia menempati urutan kedua dengan pangsa 20 persen. Sementara di kuartal kedua 2013, Indonesia sempat menempati urutan pertama dengan pangsa 38 persen.

Kembali ke data Akamai pada kuartal keempat 2013. Tiongkok menempati urutan pertama negara asal serangan cyber terbanyak di dunia dengan raihan 43 persen, naik 8 persen dibandingkan kuartal ketiga 2013.

Amerika Serikat menempati urutan kedua dan Kanada di peringkat ketiga, masing-masing menyumbang 19 persen dan 10 persen.
Serangan dari negara di kawasan Eropa cenderung menurun pada kuartal empat 2013 dengan kontribusi sekitar 11 persen, turun dari 13 persen dibertahan di angka 0,4 persen.

Dalam penelitian ini, Akamai mengamati lalu lintas serangan cyber di 188 negara berdasarkan alamat internet protokol (IP address).

Akamai menjelaskan, asal serangan cyber dari suatu negara itu diidentifikasi dari IP address. Jika seorang peretas asal Rusia memanfaatkan IP address dari Tiongkok untuk melakukan serangan cyber, maka serangan tersebut dicatat berasal dari Tiongkok.

Internet Dunia Makin Kencang, Indonesia?




Kecepatan rata-rata internet dunia semakin cepat. Hingga akhir tahun 2013 lalu, kecepatan rata-rata internet di seluruh dunia telah mencapai 3,8 Mbps, dibanding pada akhir tahun 2012 yang mencapai 2,9 Mbps.

Fakta ini diungkap oleh Akamai Technologies, Inc dalam laporan tahunannya. Laporan tersebut berisi tentang statistik global tentang konektivitas jaringan dan kecepatan koneksi, serangan dalam lalu-lintas internet, tren broadband, dan adopsi IPv6.

Dalam hal koneksi internet global, Akamai mencatat pertumbuhan kecepatan internet hingga kuartal empat 2013 naik sebesar 5,5 persen, atau mencapai 3,8 Mbps dibanding periode yang sama tahun lalu sebesar 2,9 Mbps.

Korea Selatan menempati peringkat pertama sebagai negara dengan kecepatan internet rata-rata tercepat, yaitu 21,9 Mbps. Bersama dengan Irlandia, Korea Selatan juga mencatat pertumbuhan kecepatan internet dari tahun ke tahun tertinggi, lebih dari 50 persen.

Bagaimana dengan Indonesia? kecepatan akses internet rata-rata di Tanah Air telah meningkat sebesar 0,1 Mbps dari kuartal sebelumnya menjadi 1,6 Mbps pada kuartal IV 2013. Meski demikian, angka tersebut masih jauh di bawah dan tidak sampai setengah dari rata-rata global. (Selengkapnya, baca "Kecepatan Internet Indonesia Peringkat Ke-118 Dunia")

"Kita telah sampai pada masa yang signifikan dalam hal peningkatan kecepatan rata-rata koneksi internet," ujar David Belson, editor dalam laporan Akamai, seperti dikutip dari PC Mag, Rabu (23/4/2014).

"Kenyataan bahwa kecepatan rata-rata internet di di kesepuluh negara teratas telah melampaui batas atas koneksi broadband menunjukkan bahwa kemajuan penetrasi broadband sangat pesat," imbuhnya.
Secara keseluruhan, dari 133 negara yang disurvei oleh Akamai hingga akhir tahun 2013, kecepatan internetnya naik dari tahun sebelumnya, kontribusi peningkatan totalnya mencapai 27 persen dibanding akhir tahun 2012.

Sebelumnya pada Januari 2013, Akamai melaporkan bahwa koneksi internet seluruh dunia mengalami penurunan sebesar 5,2 persen, atau 17,9 Mbps. Namun di kuartal empat 2013, kecepatan itu kembali pulih menjadi 23,2 Mbps, atau naik 30 persen.

"Tren seperti ini akan terus terjadi hingga tahun depan," ujar Belson.
Namun, Akamai juga memperingatkan pengguna internet bahwa seiring dengan meningkatnya kecepatan broadband, serangan DDoS juga memiliki tren meningkat sebesar 23 persen. Total serangan DDoS dalam kurun waktu 2013 mencapai 1.153 serangan.

Sumber:http://tekno.kompas.com/read/2014/04/24/1405534/Internet.Dunia.Makin.Kencang.Indonesia.  23-05-2014  13:25

Google Sempat Hampir Dijual Murah




Google adalah perusahaan teknologi dengan nilai valuasi pasar mencapai ratusan miliar dollar AS. Mungkin tak banyak yang tahu bahwa raksasa internet ini pernah hampir dijual murah oleh salah satu pendirinya, Larry page.

Alkisah, sebagaimana diceritakan oleh Business Insider pada 1996, Page yang masih berstatus mahasiswa di Universitas Stanford membuat mesin pencari cikal bakal Google. Mesin pencari bernama BackRub itu dibikinnya setelah mendapat "ilham" lewat mimpi, soal mengorganisasikan jaringan internet.

Pada Januari 1997, Page berusaha menjual BackRub ke sebuah portal internet bernama Excite sehargai total 1,6 juta dollar. Angka yang sangat kecil dibandingkan nilai Google saat ini.

Harga 1,6 juta dollar itu terbagi dalam bentuk uang kas sebesar 600.000 dollar AS dan saham senilai 700.000 dollar AS untuk Page, sementara 300.000 dollar AS sisanya diberikan untuk Standford.

Dalam sebuah surat kepada investor utama Excite, Vinod Khosla, Page berpromosi bahwa BackRub bisa meningkatkan trafik Excite sebesar 10 persen dan menaikkan pendapatan sebesar 47 juta dollar AS per tahun.

Page juga menjelaskan bahwa dia bisa bekerja di Excite selama tujuh bulan sebelum kembali ke Stanford untuk melanjutkan kuliah pada musim gugur tahun itu.

Namun, tawarannya ditolak. CEO Excite George Bell beralasan bahwa search engine BackRub terlalu efektif sehingga bisa terlalu cepat mengalihkan pengguna ke luar situs tersebut. Dia mengatakan bahwa hal itu akan berpengaruh buruk terhadap bisnis iklan Excite.

Penjualan pun urung terjadi. Bertahun-tahun setelahnya, BackRub berevolusi menjadi Google, salah satu raksasa teknologi terbesar bernilai hampir 359 miliar dollar AS, berkali-kali lipat lebih besar dibandingkan harga yang ditawarkan Page ketika hendak menjualnya dulu.

Dianggap Milik Yahudi, WhatsApp "Haram" di Iran





Pemerintah Iran pada Senin (5/5/2014) lalu mengambil kebijakan untuk melarang warga negaranya menggunakan layanan pesan instan WhatsApp. Diduga, Mark Zuckerberg, CEO Facebook, yang membeli WhatsApp sebagai penyebabnya.

Menurut Fox News (4/5/2014), rezim Iran yang saat ini berkuasa mengatakan bahwa WhatsApp kini
dimiliki oleh seorang keturunan Yahudi, setelah Zuckerberg melalui Facebook mengakuisisi WhatsApp dua bulan lalu, dengan harga 19 miliar dollar AS.
"
Alasan pelarangannya adalah asumsi bahwa WhatsApp kini dimiliki oleh pendiri Facebook, Mark Zuckerberg, yang merupakan seorang zionis Amerika," ujar Kepala Komite Kejahatan Internet Iran Abdolsamad Khorramabadi.

Namun, selain isu zionisme, langkah yang diambil oleh pemerintah Iran tersebut dianggap sebagai bentuk ketakutan mereka terhadapa kekuatan media sosial.

Salah seorang bloger Iran mengatakan kepada Fox News bahwa Garda Revolusi melihat bahwa situs jejaring sosial sebagai ancaman.
"
Pemerintah takut karena banyak pemuda Iran yang bisa bertukar informasi secara cepat," ujar bloger yang tidak ingin disebutkan namanya tersebut. "Khameini dan kroninya menyadari kekuatan ini setelah munculnya Green Movement," imbuhnya.

Green Movement atau juga disebut Twitter Revolution adalah protes yang dilakukan warga Iran pada Juni 2009 lalu. Protes ini digerakkan melalui jejaring sosial Twitter yang menentang hasil keputusan Pemilu Iran yang saat itu dimenangi oleh Mahmoud Ahmadinejad.

Warga Iran lebih mendukung kandidat dari partai oposisi, yaitu Hossein Mousavi dan Mehdi Karroubi. Protes yang terjadi di kota-kota besar Iran itu membuka mata dunia akan kekuatan jejaring sosial.

Twitter dan Facebook, media sosial yang digunakan untuk menggalang kekuatan protes, sejak saat itu mulai dilarang penggunaannya oleh pemerintah Iran.

Walau menuai kesuksesan, namun WhatsApp sering dijadikan sebagai kambing hitam, seperti yang terjadi di Timur Tengah. Pada Februari lalu, WhatsApp dituding oleh seorang rabi Israel sebagai penyebab utama hancurnya bisnis dan rumah-rumah warga Yahudi.

WhatsApp sendiri sudah memiliki 500 juta pengguna aktif global dan telah melayani 700 juta foto dan 100 juta video setiap harinya.

Pihak WhatsApp dan Facebook belum mengeluarkan pernyataan resmi mereka atas pemblokiran aplikasi mereka di Iran.