KOMPAS.com - Tak
lama setelah mengancam bakal memblokir WhatsApp beberapa waktu lalu, pemerintah
Arab Saudi kembali mengumumkan rencananya menutup layanan pesan instan itu
dalam waktu dekat.
Gubernur Komisi Komunikasi dan Teknologi Informasi (CITC) Arab Saudi Adbullah Al-Darrab mengatakan, kemungkinanan besar WhatsApp sudah akan diblokir sebelum dimulainya bulan suci Ramadan, 9 Juli mendatang.
"Kami telah menghubungi WhatsApp dan platform komunikasi sejenis lainnya untuk meminta kerjasama mereka dengan operator seluler Saudi, tapi sejauh ini belum ada hasilnya," ujar Al-Darrab pada Arab News, seperti dikutip oleh Reuters.
Maret lalu, CITC mengumumkan bahwa layanan semacam Viber, Whatsapp, dan Skype melanggar hukum lokal. Tidak dijelaskan pelanggaran seperti apa yang dimaksud, tetapi media setempat berspekulasi bahwa pemerintah Arab Saudi ingin memonitor layanan-layanan tersebut.
Seperti Viber yang sudah diblokir lebih dahulu minggu lalu, layanan WhatsApp sulit dimonitor oleh pemerintah Arab Saudi dan mengurangi pendapatan operator seluler di negeri itu dari panggilan internasional dan SMS.
Dua hal tersebut merupakan sumber pemasukan besar bagi operator seluler di Arab Saudi yang ditempati oleh sekitar sembilan juta ekspatriat. Para pekerja asing ini semakin sering memakai layanan berbasis internet seperti Viber untuk berkomunikasi dengan rekan atau saudara di negeri lain.
Arab Saudi terlihat berusaha memperketat kontrol atas ruang cyber seiring dengan meningkat pesatnya angka penggunaan internet dan smartpone.
Pada akhir 2012, CITC mencatat penetrasi mobile di Arab Saudi sebesar 188 persen, sementara jumlah pelanggan internet mencapai 15,8 juta. Rata-rata pengguna internet di Arab Saudi setiap harinya menonton video online tiga kali lebih banyak dibanding pengguna di Amerika Serikat, menurut keterangan dari YouTube.
Selain WhatsApp, layanan komunikasi lain yang juga terancam diblokir di Arab Saudi adalah Skype.
Gubernur Komisi Komunikasi dan Teknologi Informasi (CITC) Arab Saudi Adbullah Al-Darrab mengatakan, kemungkinanan besar WhatsApp sudah akan diblokir sebelum dimulainya bulan suci Ramadan, 9 Juli mendatang.
"Kami telah menghubungi WhatsApp dan platform komunikasi sejenis lainnya untuk meminta kerjasama mereka dengan operator seluler Saudi, tapi sejauh ini belum ada hasilnya," ujar Al-Darrab pada Arab News, seperti dikutip oleh Reuters.
Maret lalu, CITC mengumumkan bahwa layanan semacam Viber, Whatsapp, dan Skype melanggar hukum lokal. Tidak dijelaskan pelanggaran seperti apa yang dimaksud, tetapi media setempat berspekulasi bahwa pemerintah Arab Saudi ingin memonitor layanan-layanan tersebut.
Seperti Viber yang sudah diblokir lebih dahulu minggu lalu, layanan WhatsApp sulit dimonitor oleh pemerintah Arab Saudi dan mengurangi pendapatan operator seluler di negeri itu dari panggilan internasional dan SMS.
Dua hal tersebut merupakan sumber pemasukan besar bagi operator seluler di Arab Saudi yang ditempati oleh sekitar sembilan juta ekspatriat. Para pekerja asing ini semakin sering memakai layanan berbasis internet seperti Viber untuk berkomunikasi dengan rekan atau saudara di negeri lain.
Arab Saudi terlihat berusaha memperketat kontrol atas ruang cyber seiring dengan meningkat pesatnya angka penggunaan internet dan smartpone.
Pada akhir 2012, CITC mencatat penetrasi mobile di Arab Saudi sebesar 188 persen, sementara jumlah pelanggan internet mencapai 15,8 juta. Rata-rata pengguna internet di Arab Saudi setiap harinya menonton video online tiga kali lebih banyak dibanding pengguna di Amerika Serikat, menurut keterangan dari YouTube.
Selain WhatsApp, layanan komunikasi lain yang juga terancam diblokir di Arab Saudi adalah Skype.
Analisis: Sangat mengherankan kenapa pemerintah arab saudi
melakukan aksi pemblokiran tersebut.Seharusnya pada bulan puasa yang diblokir
website-website yang mengandung pornografi bukan jaringan sosial seperti
whatsaap .Pengguna whatsaap sangat di rugikan oleh kejadian ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar